BENTENG KASTELA
Latar Belakang
Maluku Utara kaya akan sumber rempah-rempah yang melimpah (emas hitam). Tanpa rempah-rempah di Maluku Utara tidak mungkin bangsa ini di jajah. Kedatangan bangsa Eropa selain tujuan menguasai rempah-rempah (monopoli) perdagangan dengan merebut jalur perdagangan di Malaka. yang awalnya di kuasai oleh Cina, Arab, Gujarat, Persia dalam perdagangan pada abad ke 7 dan 15. Cengkeh adalah komoditi yang mahal di Eropa, karena kegunaannya dalam dunia medis dan bumbu masakan.
Sebelum kedatangan Portugis dan Spanyol di Nusantara, ada perdebatan sengit antara pihak ilmuan dan pihak gereja. Pembuktian bahwa bumi ini bulat oleh Copernicus (Holiosentris) bumi berputar pada porosnya dan di lain pihak oleh Gereja (Geosentris) yang membenarkan bahwa bumi ini datar. Pada abad ke 17 atau 1609, Galileo menyatakan kepercayaan bahwa Copernicus berada pada pihak yang benar, tetapi pada waktu itu ia tidak tahu cara membuktikannya. Copernicus sendiri di hukum mati oleh pihak gereja yang tidak sepaham.
Ajaran Copernicus dan Galileo yang menyatakan bahwa “bumi ini bulat” sangat mempengaruhi dan mendorong pelaut Spanyol dan Portugis serta Negara-negara eropa lainnya berlayar mengarungi samudra mencari daerah baru. Bahkan, Galileo dengan ajaran holiocentrismenya telah membuka jalan bagi usaha untuk mempelajari ruang angkasa yang di laksanakan oleh para ilmuan dalam abad ke-20. Dengan di temukan alat-alat nafigasi seperti kompas dan peta maka lebih mempermudah dalam mengarungi lautan, dan kemudian sampai ke Maluku Utara pada tahun 1512.
Benteng Kastela di dirikan pada tahun 1522 oleh Gubernur Jendral Antonio de Brito dengan nama asli (Nostra Senhora del Rosario). Kemudian di lanjutkan oleh Gracia Hernandeques, pada tahun 1530 oleh Gonsalo Pireira, dan terakhir di selesaikan oleh Gubernur ke-8 Jorge de Gastro pada tahun 1540. Portugis menempati benteng ini sampai tahun 1572. Bahan baku pembuat benteng yang terdiri dari batuan kali dan batuan karang di baker kemudian di jadikan sebagai perekat. Ketebalan tembok benteng berkisar antara 40 cm hingga 270 cm. Benteng ini termasuk terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Pada tanggal 24 Juni 1522, dengan di hadiri oleh orang Portugis dan bangsawan Ternate, Dom Antonio meletakan batu pertama pembangunan benteng pertama Portugis di Ternate. Rohaniawan Portugis membabtis benteng tersebut dengan nama Nostra Senhora del Rosario, tetapi nama ini kurang terkenal atau kurang di pakai oleh masyarakat karena justru sering menyebut dengan benteng ini Gamalama, yakni nama Istana raja dan nama kota tersebut.
Benteng ini menjadi saksi bisu kekejaman Portogis di mana telah membunuh Sultan Khairun 27 Februari 1570. Gubernur Masquita menyuruh seorang prajurit yakni kemenakannya sendiri, Antonio Pimental menusuk Khairun dengan sebuah keris. Atas peristiwa pembunuhan tersebut, Sultan Babullah (1570-1583) bangkit melawan Portugis dan akhirnya Portugis terusir dari Benteng Kastela dan Ternate pada tahun 1574. di benteng ini pula bangsa Portugis terkurung selama kurang lebih lima tahun lamanya, sampai mereka menyatakan menyerah kepada Sultan Babullah. Sultan Babullah meninggal pada tahun 1583 dan di makamkan di desa Foramadiahi.
Dalam melakukan misinya apa yang sering di sebut dengan teori 3 G yakni Kekuasaan (Glory), Keserahahan/emas (Gold), dan Agama (God). Mereka memaksakan kehendak mereka dengan bujuk rayu pada pemimpin setempat untuk melegitimasi keberadaan mereka. Dengan jalan ini mereka dapat melakukan monopoli rempah-rempah. Tahun 1610 Gamu-Lamo masih diduduki orang-orang Kastilia (sebutan bagi orang-orang Spanyol) dengan garnisun 500 prajurit dan 38 meriam kaliber besar. Namun setelah Belanda datang menyerbu dan meratakan dengan tanah benteng Gamlamo
Benteng di Kastela dalam perkembangannya mampu mempertahankan diri dari serangan musuh, dan dari benteng inilah di kirim ekspedisi-ekspedisi melalui darat dan laut untuk menghancurkan mereka yang dianggap membahayakan perdagangan Portugis. Hal tersebut dimungkinkan karena di benteng ini terletak markas besar pasukan Portugis. Di benteng ini juga terjadi pemusatan kegiatan misionaris, penyebaran agama Katholik, di Maluku hingga Sulawesi yang dikendalikan atau diurus dari benteng ini, yaitu di Moro (Halmahera), Bacan, Ambon, Sulawesi Utara dan kepulauan Sangi (Sangir).
Kondisi benteng Kastela, secara keseluruhan kini hanya tinggal puing-puing saja, seperti yang diungkapkan Frater Miguel de Pareja kepada Gubernur Don Manuel de Leon di tahun 1671 bahwa, di benteng utama, yakni Gamolamo, tidak ada satupun batu yang tersisa. Belanda telah memindahkannya untuk benteng (Malayo ?) yang mereka bangun (Jacobs, 1984:658). Di tahun 1664 benteng telah berada dalam keadaan kosong, dan di tahun itu juga benteng dirobohkan. Dengan begitu, benteng ini tidak mempunyai hubungan sebagai monumen Belanda. Namun begitu hal ini tentunya perlu ada tindakan pencegahan dari kerusakan alami dan faktor kesengajaan manusia, termasuk mengingat adanya bukti-bukti aktifitas manusia berupa pengumpulan sebagian batu-batu dinding bangunan yang dimanfaatkan masyarakat
Kondisi benteng ini sangat memprihatinkan karena tidak terawat sebagaimana mestinya, kemudian ada beberapa bangunan tambahan seperti Monumen, pot bunga dan setapak yang terbuat dari semen membuat nilai sejarahnya berkurang. Bagaimanapun benteng adalah sebuah investasi buat daerah dan ilmu pengetahuan, oleh karena itu mari kita bangun kesadaran bersama dalam melestarikan Benda Cagar Budaya (BCB).
DAFTAR PUSTAKA
Amal M. Adnan, Kepulauan Rempah-rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Makassar: Gora Pustaka Indonesia, 2009.
Djafar, Irza Arnyta, Jejak Portugis di Maluku Utara. Cetakan kedua. Yogyakarta: Ombak, 2007.
H. Hart, Michael, 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa, Batam: Karisma Publishing Group, 2005
Yudhy Barmawi
Rabu, 14 Juli 2010
Jumat, 25 Juni 2010
PERJUANGAN SULTAN BABULLAH DALAM MENGUSIR PORTUGIS DARI MALUKU UTARA 1570-1583
PERJUANGAN SULTAN BABULLAH DALAM MENGUSIR
PORTUGIS DARI MALUKU UTARA 1570-1583
Oleh: Wahyudi Barmawi
A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa kedatangan bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris bertujuan untuk mencari dan menguasai daerah rempah-rempah. Seperti cengkeh, pala dan fuli menyebabkan Maluku terlibat dalam percaturan dan pergaulan dunia perdagangan antar bangsa-bangsa Asia dan Eropa.
Sejak kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol di Nusantara, pada abad ke VII orang-orang Cina, Arab, Persia dan Gujarat telah melakukan perdagangan di Nusantara. Selain berdagang mereka juga ada yang melakukan perkawinan dengan pribumi- pribumi dan mendirikan komunitas-komunitas. Para pedagang Arab ini juga melakukan penyebaran agama Islam di tempat itu sehingga terjadi islamisasi.
Kedatangan orang-orang Eropa yang pertama di Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan ini, meskipun orang-orang Eropa terutama orang-orang Belanda memiliki dampak yang besar terhadap Indonesia, namun hal itu pada dasarnya merupakan suatu gejala dari masa-masa belakangan. Bagaimanapun juga, pengaruh orang-orang Eropa pada tahun-tahun pertama kehadiran mereka sangatlah terbatas pada daerah dan pesisir pantai. Cengkeh adalah komoditi yang mahal di Eropa, karena kegunaannya dalam dunia medis, parfum dan bumbu masakan. Penggunaan rempah-rempah itu antara lain untuk pengawet daging. Dengan begitu daging-daging tersebut dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama.
Kedatangan Portugis dan Spanyol di Nusantara juga merupakan pembuktian adanya perdebatan antara pihak ilmuan dan pihak gereja. Pembuktian teori Copernicus (Holiosentris) bahwa bumi berputar pada porosnya melawan pihak oleh Gereja (Geosentris) yang membenarkan bahwa bumi ini datar. Pada abad ke 17 tepatnya pada tahun 1609, Galileo menyatakan kepercayaan bahwa Copernicus berada pada pihak yang benar, tetapi pada waktu itu ia tidak tahu cara membuktikannya. Namun demikian, tujuan utama kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara pada awalnya untuk berdagang dan mencari daerah penghasil rempah-rempah.
B. Kedatangan Portugis dan Spanyol di Maloku Kie Raha
Dengan ditemukannya alat-alat navigasi seperti kompas dan peta lebih mempermudah bangsa Eropa dalam mengarungi lautan. Portugis sampai ke Maluku pada tahun 1512. Bangsa Eropa kala itu, Spanyol dan Portugis merupakan dua pesaing dalam urusan penemuan dunia baru. Agar tidak terjadi konflik yang lebih parah maka keduanya di pertemukan oleh Paus Alexander VI tahun 1493 dan memberikan sebuah perjanjian, atau yang lebih di kenal dengan Traktat Tordesiles. Amerika dan sekitarnya milik Spanyol sedangkan Asia milik Portugis.
Ajaran Copernicus dan Galileo yang menyatakan bahwa “bumi ini bulat” sangat mempengaruhi dan mendorong pelaut Spanyol dan Portugis serta negara-negara Eropa lainnya berlayar mengarungi samudra mencari daerah baru. Bahkan, Galileo dengan ajaran holiocentrismenya telah membuka jalan bagi usaha untuk mempelajari ruang angkasa yang di laksanakan oleh para ilmuan dalam abad ke-20. Oleh karena itu Kekuasaan (Glory), Keserahahan/emas (Gold), dan Agama (God) adalah visi dan misi yang dibawa oleh orang-orang Eropa sering juga di sebut dengan 3 G. Mereka memaksakan kehendak dalam melakukan kontrak pada dengan penguasa setempat dan sekaligus melegitimasi keberadaan mereka.
Setelah kawasan Malaka di kuasai pada tahun 1511 Jendral Alfonso d’Alberquerque memberi tugas kepada Antonio d’Abreau untuk mencari kepulauan rempah-rempah. Dalam perjalanan Antonio d’Abreau kembali ke Malaka tanpa ke Ternate di karenakan kondisi kapal yang rusak parah. Sedangkan dalam rombongan tersebut turut serta Francisco Serao, tetapi dalam kondisi kapal yang rusak dia terhempas dan di selamatkan oleh penduduk Hitu di Ambon.
Mendengar kabar bahwa Antonio d’Abreau dan Francesco Sarao berada di Ambon, Sultan Ternate Bayan Sirullah mengutus Kaicil Darwis untuk mengundang orang-orang Portugis ke Ternate. Merekapun datang dan Francesco Serao diangkat menjadi penasehat dalam kerajaan Ternate. Selain itu kerajaan Tidore juga tidak ketinggalan dengan mengutus orang untuk mengundang orang Portugis ke kerajaannya tetapi lebih di dahului oleh Ternate. Barulah pada tahun 1521 Armada Spanyol datang ke Tidore atas undangan Sultan Tidore Almansur.
Maloku Kie Raha yakni Jailolo, Tidore, Bacan, Makian dan Ternate dalam sejarah dan perkembangannya kaya akan sumber rempah-rempah yang melimpah (emas hijau). Tanpa rempah-rempah di Maluku Utara tidak mungkin bangsa ini di jajah. Kedatangan bangsa Eropa selain tujuan menguasai rempah-rempah (monopoli) perdagangan dengan merebut jalur perdagangan di Malaka pada saat itu. Yang awalnya di motori oleh Cina, Arab, Gujarat, Persia dalam perdagangan pada abad ke 7 dan 15 setibanya Portugis maka menjadi masa kejatuhan (colleps) wilayah itu.
Kedatangan Serao di Ternate adalah kedatangan seorang pejabat pertama Eropa- dalam hal ini Portugis- dari sebuah program eksplorasi penguasa Portugis yang ambisius dan telah dimulai sejak pertengahan abad ke-15. Ekspansi Portugis di seberang lautan merupakan penjelamaan visi rakyatnya dan sikap yang diangkat menuju daerah-daerah baru. Serao adalah fungsionaris pertama dan berhasil merundingkan hak-hak monopoli negerinya atas perniagaan rempah-rempah dan hak ekslusif pendirian benteng Portugis di Gamlamo dengan Sultan Bayanullah.
C. Terbunuhnya Sultan Khairun, Awal Perjuangan Babullah
Sejak kedatangan Portugis di Ternate, rempah-rempah telah secara langsung didatangkan di tempat tumbuhnya. Ternate semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai pelosok. Sambutan yang baik dari rakyat dan penguasa menjadi faktor kuat Portugis untuk menjelajahi negeri ini. Kericuhan mulai terjadi pada saat Portugis mulai campur tangan urusan dalam negeri kerajaan Ternate, dengan harapan kedudukan mereka akan lebih teguh dan mendominasi situasi politik di seluruh wilayah keempat kerajaan itu. Kesempatan itu timbul pada waktu terjadi perubahan pemerintahan setelah Kolano Bayan Sirullah meninggal tahun 1522. Intrik politik di kalangan dalam kesultanan dikobarkan pula oleh Portugis untuk mempengaruhi pewarisan tahta. Portugis menggunakan pengaruhnya untuk menempatkan Tabarija di tahta tahun 1535, tetapi akhirnya ia juga di tahan dan diasingkan ke Goa, dan sebagai penggantinya oleh Portugis ditunjuk Khairun.
Dalam melaksanakan tugasnya di Maluku, Misi Jesuit memperoleh berbagai kemudahan dari Sultan Khairun. Fasilitas itu antara lain berbentuk sarana transportasi, berupa Joanga berikut awak pendayung, yang membawa personil mereka ke Moro. Bantuan transportasi seperti ini lazimnya di ajukan melalui Gubernur. Karena semua logistik misi dikirim dari Malaka, apabila kapal logistik belum tiba, kerajaan lazimnya memberikan bantuan darurat berupa beras, ikan dan lain-lain. Tetapi, sikap yang paling mendasar yang diberikan oleh Khairun adalah diperbolehkannya misi adanya Kristenisasi dikalangan rakyat pribumi – baik yang belum maupun yang sudah beragama (Islam).
Khairun sedikitpun tidak merasa risih, ketika beberapa orang anggota keluarga keraton yang berpindah ke agama Kristen- seperti Dona Catarina, Done Isabella (Nyai Cili Nukila) beserta suaminya, Pati Sangaji, dan Dom Manuel Tabariji. Begitu pula, sejumlah Bobato kerajaan Ternate, Seperti Sangaji Moti, Gamkonora, dan Kolano Sabia, dibiarkan Khairun beralih ke agama Kristen. Sultan Khairun adalah sosok tokoh dan pemimpin yang terbuka (plural), memberikan peluang kepada agama lain untuk melakukan penyebaran agama di wilayah kerajaannya. Selain itu, seorang sosok yang patut di teladani adalah konsisten dengan apa yang dia lakukan. Misalnya ketika masih di Malaka, Khairun diberi tahu bahwa Sultan Tabariji telah berpindah kedalam agama Kristen. Dengan enteng Khairun menjawab: hak Tabariji menjadi Sultan telah gugur sejak ia berpisah dengan Islam. Tentang proklamasi Tabariji yang menyatakan Kerajaan Ternate sebagai Kerajaan Kristen dan menjadi vazal Portugis, Khairun hanya menyatakan bahwa telah terjadi persekongkolan jahat antara Tabariji dan de Freitas.
Sultan Khairun merupakan batu sandungan buat Portugis. Gubernur Mesquita sudah mempunyai rencana sejak awal untuk menghilangkan nyawa Sultan Khairun. Di daerah Moro terbesik berita bahwa misi Jesuit telah di haling-halangi oleh serangan orang-orang Islam, dengan melakukan pembakaran dan pembunuhan Kristen lokal. Kecurigaan Sultan Khairun bahwa ada provokasi Marramaque terbukti. Bukan melindungi misi Jesuit dan penduduk Kristen lokal, malah melenggangkan kekuasaan Portugis di Moro. Mesquita membayangkan keamanan Moro bila di tinggalkan Marramaque, hal ini akan memberikan efek yang merugikan buat Portugis. Dengan pertimbangan kemiliteran yang dimiliki Portugis maka akan menjadi bulan-bulanan pasukan Khairun yang begitu banyak.
Oleh karena itu, Gubernur Portugis Masquita mengadakan perdamaian dengan Sultan Khairun di depan umum. Kemudian di depan umum mereka saling berpelukan dan bersumpah dengan mempergunakan kita suci masing-masing. Sultan Khairun bersumpah menggunakan Al-Quran. Mesquita juga melakukan hal yang sama dengan mempergunakan Injil dalam mengambil sumpah. Setelah itu sultan Khairun di undang agar menengoknya yang sedang sakit keras dan sekaligus membicarakan sesuatu yang sifatnya rahasia. Tetapi ini hanya tipu daya yang dia buat untuk membunuh Sultan Khairun. Tanpa di dampingi pengawal, Sultan Khairun memberanikan diri masuk dalam benteng Gamlamo, tapi naas Sultan Khairun di tikam menggunakan keris oleh Antonio Pimental kemenakan Mesquita.
Pada tanggal 25 Februari 1570, Sultan Khairun (1537-1570), Kolano ke 25 atau Sultan yang ke-7 Ternate, yang selama ini toleran dalam beragama dan banyak memberi kemudahan pada misi Jesuit, dikhianati oleh Portugis, di bunuh secara keji di dalam benteng Gamalama. Akibatnya sangat tragis, bukan hanya bagi keberadaan Portugis di Maluku, tetapi juga pada misi Jesuit. Ketika Sultan Babullah (1570-1584), anak Sultan Khairun dilantik menggantikan bapaknya, ia bersumpah menuntut balas pada Portugis atas kematian bapaknya. Dengan sadisnya Mesquita memerintahkan agar memenggal kepala Sultan Khairun dan di tancapkan di ujung tombak agar bisa di tonton oleh rakyat Ternate. Hal inilah yang membuat perjuangan Babullah yang kian genjar dalam mengusir Portugis. Babullah Datu Syah dilantik pada 28 Februari 1570, menggantikan ayahnya Khairun.
D. Perjuangan Babullah Mengusir Portugis
Babullah Datu Syah di lahirkan di Ternate pada 10 Februari 1528, putra tertua dari Sultan Khairun dengan permaisurinya Boki Tanjung, putri tertua Sultan Bacan Alauddin I. Dalam usianya yang masih muda, Bab diangkat sebagai Kapita Laut, jabatan militer tertinggi dalam struktur kerajaan Ternate. Karena jabatan itu pula, ia terlibat dalam berbagai ekspedisi penaklukan, terutama ke wilayah Sulawesi Utara dan Tengah. Bahkan, setelah menjadi Sultan pun Bab masih memimpin ekspedisi ke Buton, Tobungku, Banggai dan selayar. Prestasi terbesarnya adalah mengusir Portugis keluar dari Maluku dan tak kembali untuk selamanya.
Dalam bidang pengetahuan agama Islam, para mubalig istana juga tak jemu-jemunya membimbing Baabullah. Anak muda gagah perkasa ini memang dipersiapkan untuk memegang tampuk kerajaan Ternate. Jadilah ia, selain menguasai ketatanegaraan dan kemiliteran, juga terdidik secara mental sebagai calon Sultan pengganti Khairun. Satu lagi, kelak ia diharapkan mampu melaksanakan tugas suci memimpin perang fi sabilillah melawan kecongkakan Eropa. Saat diangkat menjadi Sultan Ternate yang ke-25, usia Baabullah sudah cukup matang, sekitar 42 tahun. Segenap penghuni kerajaan tak ragu sebab ia telah terlatih secara nyata di berbagai medan pertempuran masa pergolakan melawan Portugis.
Pada usia 42 tahun Babullah menjadi Sultan Ternate di tahun 1570, Babullah di angkat sebagai Sultan dan bersumpah mengusir Portugis keluar dari Maluku. Setelah kematian ayahnya Sultan Khairun Jamil, maka segala hak yang tadinya di berikan kemudahan kini berbalik dengan dikepung di dalam benteng Gamalama selama hampir 5 tahun dengan kondisi yang mengenaskan. Banyak yang meninggal karena kekurangan makanan, keterbatasan dalam akses keluar benteng, amunisi, dan penyakit yang menyerang. Terkurungnya pasukan Portugis, Misionaris, dan Pribumi Kristen dalam benteng Gamlamo membuat bahan makanan menipis. Sehingga anjing, kucing, tikus, cecak pun di makan untuk memenuhi kebutuhan dalam bertahan hidup
Bab menuntut agar pembunuh ayahnya – Gubernur Diego Lopez de Mesquita di ajukan ke pengadilan Portugis di Ternate, dan apabila terbukti bersalah agar dijatuhi hukuman setimpal. Tuntutan ini disampaikan Bab kepada Raja Portugis di Lisboa maupun Raja Muda di Goa. Apabila tuntutan dipenuhi. Maluku siap memulihkan kembali hubungan dengan semua hak-hak yang telah diberikan kepada Portugis, seperti yang berlaku selama ini. Tetapi, Portugis sukar memenuhi tuntutan itu, karena ada konvensi yang berlaku bagi seorang Gubernur, yakni ia tidak dapat dihukum untuk perbuatan yang ia lakukan selama masa jabatannya.
Tetapi diam-diam Mesquita di deportasi secara diam-diam ke Ambon. Dalam perjalanan ke Malaka di antara Surabaya dan Jepara kapal yang di Tumapangi Mesquita di hantam angin kencang dan harus lego jangkar. Ketika sedang berjalan-jalan Mesquita di serang oleh sekelompok orang dan diapun terbunuh. Sementara keponakannya Antonio Pimental juga menemui ajalnya karena terserang penyakit beri-beri dalam pengepungan di dalam benteng Gamlamo.
Sehingga pada tanggal 28 Desember 1575 Portugis keluar dari Maluku. Dengan meratapi penderitaan selama terkurung dalam dinding tebal yang selama itu memenjara mereka. Sebelum itu pada tanggal 24 Desember Babullah mengutus orangnya untuk memberitahukan agar Portugis menyerah dalam 24 jam. Dan perintah itu di dengarkan karena takut dalam kondisi lemah mereka di serang tanpa daya dan di bunuh dengan perlawanan yang tak berarti. Gubernur terakhir Portugis yakni Nuno Pereira de Lacerda memberikan perintah agar membuat persyaratan dengan Babullah. Dengan demikian pada tanggal 28 Desember 1575 tiga buah kapal Portugis berlabuh di Talangame dan mengangkut orang-orang Portugis.
Dalam catatan sejarah bangsa Indonesia harus di muat satu-satunya Sultan yang berhasil mengusir penjajah. Babullah juga menguasai 72 pulau antara lain:
• Mindanau (Philipina) di mana Ternate mempunya hak atas sebagian besar pulau itu.
• Sarangan (dekat Minandanau)
• Pulau-pulau di sekitar Sangir
• Pulau-pulau di sekitar Manado
• Banggai dan pulau-pulau sekitarnya
• Kepulauan Sula, Taliabu, dan Seram serta kepulauan Ambon
• Sulawesi Tenggara
• Sekitar Halmahera
Perjuangan Sultan Babullah tidak serta merta perjuangan pribadi. Perjuangannya mendapat tempat dari rakyat yang di pimpinnya, semangat yang tidak pernah luntur menjadi faktor yang sangat di penting dalam sebuah perjuangan. Tenaga rakyat yang dipakai dalam mengarungi laut dan pulau-pulau untuk mengusir penjajah harus
Sultan Babullah wafat pada tahun 1583, setelah Portugis angkat kaki beliau mengambil alih benteng Gamlamo dan menjadikannya istana. Babullah adalah Sultan Ternate terbesar, dengan terusirnya portugis adalah sebuah pencapaian yang sangat maksimal. rasa percaya diri telah menjadi senjata paling canggih dalam mengusir kekuasaan adidaya Portugis, yang bercokol di negerinya selama 53 tahun secara terus menerus- dihitung sejak Gubernur pertama Portugis, Antonio de Brito dilantik pada tahun 1522.
Lampiran:
PENINGGALAN PORTUGIS DI TERNATE
Bentuk Asli
Sekarang
Benteng Gamlamo/Rostra Senhora de Rosario (Sumber: Forum Anak Bangsa (FAB) Maluku Utara. 2009)
Benteng Kalamata/Santa Lucia (Sumber: Forum Anak Bangsa (FAB) Maluku Utara. 2009)
Gereja Batu/Willibordus (Sumber. Forum Anak Bangsa (FAB) Maluku Utara. 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Amal M. Adnan, Kepulauan Rempah-rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Makassar: Gora Pustaka Indonesia, 2009.
. Tahun-tahun Yang Menentukan Babullah Datu Syah Menamatkan Kehadiran Portugis Di Maluku. Makassar: Pusat Kajian Agama dan Masyarakat, 2009.
Andi Atjo, Rusli. Pergolakan di Maluku Pada Abad XVI. Yogyakarta: CV Tulip, 1997.
Djafar, Irza Arnyta. Jejak Portugis di Maluku Utara. Cetakan kedua. Yogyakarta: Ombak, 2007.
H. Hart, Michael. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa, Batam: Karisma Publishing Group, 2005.
Ricklefs, M. C. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007.
PORTUGIS DARI MALUKU UTARA 1570-1583
Oleh: Wahyudi Barmawi
A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa kedatangan bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris bertujuan untuk mencari dan menguasai daerah rempah-rempah. Seperti cengkeh, pala dan fuli menyebabkan Maluku terlibat dalam percaturan dan pergaulan dunia perdagangan antar bangsa-bangsa Asia dan Eropa.
Sejak kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol di Nusantara, pada abad ke VII orang-orang Cina, Arab, Persia dan Gujarat telah melakukan perdagangan di Nusantara. Selain berdagang mereka juga ada yang melakukan perkawinan dengan pribumi- pribumi dan mendirikan komunitas-komunitas. Para pedagang Arab ini juga melakukan penyebaran agama Islam di tempat itu sehingga terjadi islamisasi.
Kedatangan orang-orang Eropa yang pertama di Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan ini, meskipun orang-orang Eropa terutama orang-orang Belanda memiliki dampak yang besar terhadap Indonesia, namun hal itu pada dasarnya merupakan suatu gejala dari masa-masa belakangan. Bagaimanapun juga, pengaruh orang-orang Eropa pada tahun-tahun pertama kehadiran mereka sangatlah terbatas pada daerah dan pesisir pantai. Cengkeh adalah komoditi yang mahal di Eropa, karena kegunaannya dalam dunia medis, parfum dan bumbu masakan. Penggunaan rempah-rempah itu antara lain untuk pengawet daging. Dengan begitu daging-daging tersebut dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama.
Kedatangan Portugis dan Spanyol di Nusantara juga merupakan pembuktian adanya perdebatan antara pihak ilmuan dan pihak gereja. Pembuktian teori Copernicus (Holiosentris) bahwa bumi berputar pada porosnya melawan pihak oleh Gereja (Geosentris) yang membenarkan bahwa bumi ini datar. Pada abad ke 17 tepatnya pada tahun 1609, Galileo menyatakan kepercayaan bahwa Copernicus berada pada pihak yang benar, tetapi pada waktu itu ia tidak tahu cara membuktikannya. Namun demikian, tujuan utama kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara pada awalnya untuk berdagang dan mencari daerah penghasil rempah-rempah.
B. Kedatangan Portugis dan Spanyol di Maloku Kie Raha
Dengan ditemukannya alat-alat navigasi seperti kompas dan peta lebih mempermudah bangsa Eropa dalam mengarungi lautan. Portugis sampai ke Maluku pada tahun 1512. Bangsa Eropa kala itu, Spanyol dan Portugis merupakan dua pesaing dalam urusan penemuan dunia baru. Agar tidak terjadi konflik yang lebih parah maka keduanya di pertemukan oleh Paus Alexander VI tahun 1493 dan memberikan sebuah perjanjian, atau yang lebih di kenal dengan Traktat Tordesiles. Amerika dan sekitarnya milik Spanyol sedangkan Asia milik Portugis.
Ajaran Copernicus dan Galileo yang menyatakan bahwa “bumi ini bulat” sangat mempengaruhi dan mendorong pelaut Spanyol dan Portugis serta negara-negara Eropa lainnya berlayar mengarungi samudra mencari daerah baru. Bahkan, Galileo dengan ajaran holiocentrismenya telah membuka jalan bagi usaha untuk mempelajari ruang angkasa yang di laksanakan oleh para ilmuan dalam abad ke-20. Oleh karena itu Kekuasaan (Glory), Keserahahan/emas (Gold), dan Agama (God) adalah visi dan misi yang dibawa oleh orang-orang Eropa sering juga di sebut dengan 3 G. Mereka memaksakan kehendak dalam melakukan kontrak pada dengan penguasa setempat dan sekaligus melegitimasi keberadaan mereka.
Setelah kawasan Malaka di kuasai pada tahun 1511 Jendral Alfonso d’Alberquerque memberi tugas kepada Antonio d’Abreau untuk mencari kepulauan rempah-rempah. Dalam perjalanan Antonio d’Abreau kembali ke Malaka tanpa ke Ternate di karenakan kondisi kapal yang rusak parah. Sedangkan dalam rombongan tersebut turut serta Francisco Serao, tetapi dalam kondisi kapal yang rusak dia terhempas dan di selamatkan oleh penduduk Hitu di Ambon.
Mendengar kabar bahwa Antonio d’Abreau dan Francesco Sarao berada di Ambon, Sultan Ternate Bayan Sirullah mengutus Kaicil Darwis untuk mengundang orang-orang Portugis ke Ternate. Merekapun datang dan Francesco Serao diangkat menjadi penasehat dalam kerajaan Ternate. Selain itu kerajaan Tidore juga tidak ketinggalan dengan mengutus orang untuk mengundang orang Portugis ke kerajaannya tetapi lebih di dahului oleh Ternate. Barulah pada tahun 1521 Armada Spanyol datang ke Tidore atas undangan Sultan Tidore Almansur.
Maloku Kie Raha yakni Jailolo, Tidore, Bacan, Makian dan Ternate dalam sejarah dan perkembangannya kaya akan sumber rempah-rempah yang melimpah (emas hijau). Tanpa rempah-rempah di Maluku Utara tidak mungkin bangsa ini di jajah. Kedatangan bangsa Eropa selain tujuan menguasai rempah-rempah (monopoli) perdagangan dengan merebut jalur perdagangan di Malaka pada saat itu. Yang awalnya di motori oleh Cina, Arab, Gujarat, Persia dalam perdagangan pada abad ke 7 dan 15 setibanya Portugis maka menjadi masa kejatuhan (colleps) wilayah itu.
Kedatangan Serao di Ternate adalah kedatangan seorang pejabat pertama Eropa- dalam hal ini Portugis- dari sebuah program eksplorasi penguasa Portugis yang ambisius dan telah dimulai sejak pertengahan abad ke-15. Ekspansi Portugis di seberang lautan merupakan penjelamaan visi rakyatnya dan sikap yang diangkat menuju daerah-daerah baru. Serao adalah fungsionaris pertama dan berhasil merundingkan hak-hak monopoli negerinya atas perniagaan rempah-rempah dan hak ekslusif pendirian benteng Portugis di Gamlamo dengan Sultan Bayanullah.
C. Terbunuhnya Sultan Khairun, Awal Perjuangan Babullah
Sejak kedatangan Portugis di Ternate, rempah-rempah telah secara langsung didatangkan di tempat tumbuhnya. Ternate semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai pelosok. Sambutan yang baik dari rakyat dan penguasa menjadi faktor kuat Portugis untuk menjelajahi negeri ini. Kericuhan mulai terjadi pada saat Portugis mulai campur tangan urusan dalam negeri kerajaan Ternate, dengan harapan kedudukan mereka akan lebih teguh dan mendominasi situasi politik di seluruh wilayah keempat kerajaan itu. Kesempatan itu timbul pada waktu terjadi perubahan pemerintahan setelah Kolano Bayan Sirullah meninggal tahun 1522. Intrik politik di kalangan dalam kesultanan dikobarkan pula oleh Portugis untuk mempengaruhi pewarisan tahta. Portugis menggunakan pengaruhnya untuk menempatkan Tabarija di tahta tahun 1535, tetapi akhirnya ia juga di tahan dan diasingkan ke Goa, dan sebagai penggantinya oleh Portugis ditunjuk Khairun.
Dalam melaksanakan tugasnya di Maluku, Misi Jesuit memperoleh berbagai kemudahan dari Sultan Khairun. Fasilitas itu antara lain berbentuk sarana transportasi, berupa Joanga berikut awak pendayung, yang membawa personil mereka ke Moro. Bantuan transportasi seperti ini lazimnya di ajukan melalui Gubernur. Karena semua logistik misi dikirim dari Malaka, apabila kapal logistik belum tiba, kerajaan lazimnya memberikan bantuan darurat berupa beras, ikan dan lain-lain. Tetapi, sikap yang paling mendasar yang diberikan oleh Khairun adalah diperbolehkannya misi adanya Kristenisasi dikalangan rakyat pribumi – baik yang belum maupun yang sudah beragama (Islam).
Khairun sedikitpun tidak merasa risih, ketika beberapa orang anggota keluarga keraton yang berpindah ke agama Kristen- seperti Dona Catarina, Done Isabella (Nyai Cili Nukila) beserta suaminya, Pati Sangaji, dan Dom Manuel Tabariji. Begitu pula, sejumlah Bobato kerajaan Ternate, Seperti Sangaji Moti, Gamkonora, dan Kolano Sabia, dibiarkan Khairun beralih ke agama Kristen. Sultan Khairun adalah sosok tokoh dan pemimpin yang terbuka (plural), memberikan peluang kepada agama lain untuk melakukan penyebaran agama di wilayah kerajaannya. Selain itu, seorang sosok yang patut di teladani adalah konsisten dengan apa yang dia lakukan. Misalnya ketika masih di Malaka, Khairun diberi tahu bahwa Sultan Tabariji telah berpindah kedalam agama Kristen. Dengan enteng Khairun menjawab: hak Tabariji menjadi Sultan telah gugur sejak ia berpisah dengan Islam. Tentang proklamasi Tabariji yang menyatakan Kerajaan Ternate sebagai Kerajaan Kristen dan menjadi vazal Portugis, Khairun hanya menyatakan bahwa telah terjadi persekongkolan jahat antara Tabariji dan de Freitas.
Sultan Khairun merupakan batu sandungan buat Portugis. Gubernur Mesquita sudah mempunyai rencana sejak awal untuk menghilangkan nyawa Sultan Khairun. Di daerah Moro terbesik berita bahwa misi Jesuit telah di haling-halangi oleh serangan orang-orang Islam, dengan melakukan pembakaran dan pembunuhan Kristen lokal. Kecurigaan Sultan Khairun bahwa ada provokasi Marramaque terbukti. Bukan melindungi misi Jesuit dan penduduk Kristen lokal, malah melenggangkan kekuasaan Portugis di Moro. Mesquita membayangkan keamanan Moro bila di tinggalkan Marramaque, hal ini akan memberikan efek yang merugikan buat Portugis. Dengan pertimbangan kemiliteran yang dimiliki Portugis maka akan menjadi bulan-bulanan pasukan Khairun yang begitu banyak.
Oleh karena itu, Gubernur Portugis Masquita mengadakan perdamaian dengan Sultan Khairun di depan umum. Kemudian di depan umum mereka saling berpelukan dan bersumpah dengan mempergunakan kita suci masing-masing. Sultan Khairun bersumpah menggunakan Al-Quran. Mesquita juga melakukan hal yang sama dengan mempergunakan Injil dalam mengambil sumpah. Setelah itu sultan Khairun di undang agar menengoknya yang sedang sakit keras dan sekaligus membicarakan sesuatu yang sifatnya rahasia. Tetapi ini hanya tipu daya yang dia buat untuk membunuh Sultan Khairun. Tanpa di dampingi pengawal, Sultan Khairun memberanikan diri masuk dalam benteng Gamlamo, tapi naas Sultan Khairun di tikam menggunakan keris oleh Antonio Pimental kemenakan Mesquita.
Pada tanggal 25 Februari 1570, Sultan Khairun (1537-1570), Kolano ke 25 atau Sultan yang ke-7 Ternate, yang selama ini toleran dalam beragama dan banyak memberi kemudahan pada misi Jesuit, dikhianati oleh Portugis, di bunuh secara keji di dalam benteng Gamalama. Akibatnya sangat tragis, bukan hanya bagi keberadaan Portugis di Maluku, tetapi juga pada misi Jesuit. Ketika Sultan Babullah (1570-1584), anak Sultan Khairun dilantik menggantikan bapaknya, ia bersumpah menuntut balas pada Portugis atas kematian bapaknya. Dengan sadisnya Mesquita memerintahkan agar memenggal kepala Sultan Khairun dan di tancapkan di ujung tombak agar bisa di tonton oleh rakyat Ternate. Hal inilah yang membuat perjuangan Babullah yang kian genjar dalam mengusir Portugis. Babullah Datu Syah dilantik pada 28 Februari 1570, menggantikan ayahnya Khairun.
D. Perjuangan Babullah Mengusir Portugis
Babullah Datu Syah di lahirkan di Ternate pada 10 Februari 1528, putra tertua dari Sultan Khairun dengan permaisurinya Boki Tanjung, putri tertua Sultan Bacan Alauddin I. Dalam usianya yang masih muda, Bab diangkat sebagai Kapita Laut, jabatan militer tertinggi dalam struktur kerajaan Ternate. Karena jabatan itu pula, ia terlibat dalam berbagai ekspedisi penaklukan, terutama ke wilayah Sulawesi Utara dan Tengah. Bahkan, setelah menjadi Sultan pun Bab masih memimpin ekspedisi ke Buton, Tobungku, Banggai dan selayar. Prestasi terbesarnya adalah mengusir Portugis keluar dari Maluku dan tak kembali untuk selamanya.
Dalam bidang pengetahuan agama Islam, para mubalig istana juga tak jemu-jemunya membimbing Baabullah. Anak muda gagah perkasa ini memang dipersiapkan untuk memegang tampuk kerajaan Ternate. Jadilah ia, selain menguasai ketatanegaraan dan kemiliteran, juga terdidik secara mental sebagai calon Sultan pengganti Khairun. Satu lagi, kelak ia diharapkan mampu melaksanakan tugas suci memimpin perang fi sabilillah melawan kecongkakan Eropa. Saat diangkat menjadi Sultan Ternate yang ke-25, usia Baabullah sudah cukup matang, sekitar 42 tahun. Segenap penghuni kerajaan tak ragu sebab ia telah terlatih secara nyata di berbagai medan pertempuran masa pergolakan melawan Portugis.
Pada usia 42 tahun Babullah menjadi Sultan Ternate di tahun 1570, Babullah di angkat sebagai Sultan dan bersumpah mengusir Portugis keluar dari Maluku. Setelah kematian ayahnya Sultan Khairun Jamil, maka segala hak yang tadinya di berikan kemudahan kini berbalik dengan dikepung di dalam benteng Gamalama selama hampir 5 tahun dengan kondisi yang mengenaskan. Banyak yang meninggal karena kekurangan makanan, keterbatasan dalam akses keluar benteng, amunisi, dan penyakit yang menyerang. Terkurungnya pasukan Portugis, Misionaris, dan Pribumi Kristen dalam benteng Gamlamo membuat bahan makanan menipis. Sehingga anjing, kucing, tikus, cecak pun di makan untuk memenuhi kebutuhan dalam bertahan hidup
Bab menuntut agar pembunuh ayahnya – Gubernur Diego Lopez de Mesquita di ajukan ke pengadilan Portugis di Ternate, dan apabila terbukti bersalah agar dijatuhi hukuman setimpal. Tuntutan ini disampaikan Bab kepada Raja Portugis di Lisboa maupun Raja Muda di Goa. Apabila tuntutan dipenuhi. Maluku siap memulihkan kembali hubungan dengan semua hak-hak yang telah diberikan kepada Portugis, seperti yang berlaku selama ini. Tetapi, Portugis sukar memenuhi tuntutan itu, karena ada konvensi yang berlaku bagi seorang Gubernur, yakni ia tidak dapat dihukum untuk perbuatan yang ia lakukan selama masa jabatannya.
Tetapi diam-diam Mesquita di deportasi secara diam-diam ke Ambon. Dalam perjalanan ke Malaka di antara Surabaya dan Jepara kapal yang di Tumapangi Mesquita di hantam angin kencang dan harus lego jangkar. Ketika sedang berjalan-jalan Mesquita di serang oleh sekelompok orang dan diapun terbunuh. Sementara keponakannya Antonio Pimental juga menemui ajalnya karena terserang penyakit beri-beri dalam pengepungan di dalam benteng Gamlamo.
Sehingga pada tanggal 28 Desember 1575 Portugis keluar dari Maluku. Dengan meratapi penderitaan selama terkurung dalam dinding tebal yang selama itu memenjara mereka. Sebelum itu pada tanggal 24 Desember Babullah mengutus orangnya untuk memberitahukan agar Portugis menyerah dalam 24 jam. Dan perintah itu di dengarkan karena takut dalam kondisi lemah mereka di serang tanpa daya dan di bunuh dengan perlawanan yang tak berarti. Gubernur terakhir Portugis yakni Nuno Pereira de Lacerda memberikan perintah agar membuat persyaratan dengan Babullah. Dengan demikian pada tanggal 28 Desember 1575 tiga buah kapal Portugis berlabuh di Talangame dan mengangkut orang-orang Portugis.
Dalam catatan sejarah bangsa Indonesia harus di muat satu-satunya Sultan yang berhasil mengusir penjajah. Babullah juga menguasai 72 pulau antara lain:
• Mindanau (Philipina) di mana Ternate mempunya hak atas sebagian besar pulau itu.
• Sarangan (dekat Minandanau)
• Pulau-pulau di sekitar Sangir
• Pulau-pulau di sekitar Manado
• Banggai dan pulau-pulau sekitarnya
• Kepulauan Sula, Taliabu, dan Seram serta kepulauan Ambon
• Sulawesi Tenggara
• Sekitar Halmahera
Perjuangan Sultan Babullah tidak serta merta perjuangan pribadi. Perjuangannya mendapat tempat dari rakyat yang di pimpinnya, semangat yang tidak pernah luntur menjadi faktor yang sangat di penting dalam sebuah perjuangan. Tenaga rakyat yang dipakai dalam mengarungi laut dan pulau-pulau untuk mengusir penjajah harus
Sultan Babullah wafat pada tahun 1583, setelah Portugis angkat kaki beliau mengambil alih benteng Gamlamo dan menjadikannya istana. Babullah adalah Sultan Ternate terbesar, dengan terusirnya portugis adalah sebuah pencapaian yang sangat maksimal. rasa percaya diri telah menjadi senjata paling canggih dalam mengusir kekuasaan adidaya Portugis, yang bercokol di negerinya selama 53 tahun secara terus menerus- dihitung sejak Gubernur pertama Portugis, Antonio de Brito dilantik pada tahun 1522.
Lampiran:
PENINGGALAN PORTUGIS DI TERNATE
Bentuk Asli
Sekarang
Benteng Gamlamo/Rostra Senhora de Rosario (Sumber: Forum Anak Bangsa (FAB) Maluku Utara. 2009)
Benteng Kalamata/Santa Lucia (Sumber: Forum Anak Bangsa (FAB) Maluku Utara. 2009)
Gereja Batu/Willibordus (Sumber. Forum Anak Bangsa (FAB) Maluku Utara. 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Amal M. Adnan, Kepulauan Rempah-rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Makassar: Gora Pustaka Indonesia, 2009.
. Tahun-tahun Yang Menentukan Babullah Datu Syah Menamatkan Kehadiran Portugis Di Maluku. Makassar: Pusat Kajian Agama dan Masyarakat, 2009.
Andi Atjo, Rusli. Pergolakan di Maluku Pada Abad XVI. Yogyakarta: CV Tulip, 1997.
Djafar, Irza Arnyta. Jejak Portugis di Maluku Utara. Cetakan kedua. Yogyakarta: Ombak, 2007.
H. Hart, Michael. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa, Batam: Karisma Publishing Group, 2005.
Ricklefs, M. C. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007.
Langganan:
Postingan (Atom)